Minggu, 11 November 2012

super kips,, ninja rr seri THAILAND



.Super KIPS ( Super KawasakiIntegrated Powervalve System ) adalah pengembangan dari KIPS yang selama ini diterapkan pada Ninja RR yang telah lama beredar di Indonesia. Super KIPS sebetulnya adalah suatu mekanisme klep yang mengontrol gas buang pada exhaust port. Super KIPS baru berfungsi membuka pada putaran/rpm tinggi yang berfungsi terutama untuk menghasilkan tenaga ( power ) yang maksimal. Dengan adanya klep tersebut, pada waktu, putaran mesin rendah, campuran sisa pembakaran-termasuk didalamnya unsur HC ( yang pada mesin 2-tak biasa seyogyanya akan terbuang ), pada Ninja RR dapat dicegah untuk keluar dengan mekanisme Super KIPS ini sehingga kadar HC yang dihasilkan menjadi rendah dalam sisa gas buangnya. Pada Ninja RR teknologi yang digunakan sebelum Super KIPS adalah teknologi KIS. KIS berfungsi karena adanya perbedaan tekanan, jadi KIS adalah suatu perangkat yang bekerja secara fisika. Bagian terpenting dari Super KIPS adalah adanya klep ( valve ) yang difungsikan pada lubang pembuangan. Katup/klep ini berfungsi karena mekanisme tertentu di dalam mesin. Katup ini berfungsi membuka pada kecepatan/RPM di atas 7000-8500. Ringkasnya, Super KIPS adalah suatu sistem pemanfaatan katup yang mengatur penutupan dan pembukaan sebagian dari lubang pembuangan. Katup ini akan berfungsi membuka pada RPM tinggi, agar pembuangan gas sisa pembakaran dapat berlangsung lebih sempurna. Sebaliknya katup ini akan berfungsi menutup pada RPM rendah untuk menghindarkan terbuangnya campuran bensin-udara yang baru masuk ke ruang bakar dan kerter.

HSAS ( High Performance Secondary Air Sustem ) yaitu suatu saluran udara bersih yang langsung disuntikkan ke ruangan ( chamber) dimana gas buang dari ruang bakar bermuara. Pada akhir saluran udara ini ditempatkan mekanisme reed-valve, yang hanya membuka pada saat tekanan dalam chamber rendah ( berarti pada waktu putaran mesin rendah ). Pada saat tekanan dalam chamber tinggi ( yaitu waktu putaran mesin tinggi ) reed valve tertutup. Pada waktu klep Super KIPS berfungsi membuka ( pada RPM tinggi ) HSAS berfungsi menutup, sebaliknya pada waktu putaran mesin rendah dimana klep Super KIPS berfungsi menutup, HSAS berfungsi membuka, dimana pada saat terbuka itulah udara segar masuk ke exhaust chamber. Kegunaan utama HSAS adalah mempercepat reaksi oksidasi dalam catalic converter dengan cara menginduksi udara segar ke dalam campuran gas sisa pembakaran serta membentuk campuran gas yang padat oksigen.

Catalytic Converter yang dikembangkan oleh Kawasaki yang disebut sebagai “two stage catalyst” yaitu ditambahkannya precatalytic converter yang tujuannya adalah meningkatkan temperatur gas buang pada saat memasuki Catalytic Converter utama agar didapat pemurnian yang lebih sempurna. Selain itu logam yang digunakan pada unit Catalytic Converternya adalah logam yang termasuk mulia yaitu Platinum dan Rhodium, yang dikenal mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam memurnikan gas CO ( Carbon Monoxide = Karbon Monoksida ) serta HC ( Hydro Carbon = Hidro Karbon ). Setelah melewati Catalytic Converter, kedua gas beracun ini akan berubah bentuk menjadi gas Karbondioksida ( CO2 ) dan air yang tidak bracun. Perlu diingat disini bahwa gas-gas HC, CO dan NOx ( Nitrogen Oksida = Oxyde ) adalah gas-gas yang tidak berwarna sama sekali ( tidak terlihat ). Teknologi Catalytic Converter ini memerlukan persyaratan yang tidak bisa ditawar lagi, yaitu bensin yang digunakan harus bensin yang bebas timbal.Bila bensin yang digunakan masih bensin bertimbal maka lubang-lubang pada Catalytic Converter akan cepat tersumbat. Jadi program “langit bersih” ( sebersih apapun namanya ) kalau belum didukung oleh penyediaan bahan bakar yang memenuhi persyaratan ( yaitu bebas timbal=Plumbum=Pb ) terpaksa semua pembicaraan ini masih berada dalam tahapan wacana, belum bisa dilaksanakan secara praktis.

Super Electrofussion Cylinder memang sudah menjadi standar Kawasaki NInja. Teknologi keempat ini tidak langsung berhubungan dengan gas NOx ( Nitrogen Oxida ) dan CO ( Carbon Monoksida ) ataupun HC ( Hidro Carbon ) tapi lebih ke arah kabut asap yang selalu menyelimuti bila motor 2 tak biasa ( selain Ninja ) melewati kita. Seperti diketahuI, Kawasaki Ninja menggunakan Super Electrofussion Cylinder dimana silinder seakan memiliki pori-pori yang dapat menahan oli pellumas didalamnya. Karena teknologi tersebut, penggunaan oli pada motor Ninja dijamin tidak berlebihan karena untuk urusan pelumasan dapat dipastikan adanya pelumas yang cukup dalam “pori-pori” nya Super Electrofussion Cylinder. Bagian dalam dari silinder Ninja terbuat melalui proses elektro-fusi dari logam tertentu, yaitu molybdenum dan High Carbon Steel. Kawat molybdenum dan kawat high carbon steel dengan diameter 1,4mm dimasukkan bergantian sepanjang silinder kemudian dialiri listrik sebesar 15.000 volt ( “diledakkan”- untuk molybdenum 15.000 volt dan High Carbon Steel 13.000 volt ) sehingga logam tersebut berubah bentuk menjadi partikel-partikel yang melebur ke permukaan silinder dan membentuk lapisan logam khusus yang sangat tipis di bagian dalam silinder tersebut ( martensite = susunan besi dan karbon yang kuat ). Proses tersebut diulang beberapa kali ( Molybdenum 7 kali, High Carbon Steel 14 kali ) sehingga akhirnya terbentuk lapisan yang sangat kuat ( ketebalannya kurang lebih 0,070 mm ). Permukaan lapisan hasil peledakan ini bersifat dapat menyerap dan menahan oli pelumas ( porous ) dimana dalam celah-celah halus inilah oli akan tinggal di dalamnya sehingga terhindar adanya gesekan langsung antara dinding silinder dengan piston. Jadi disamping lapisan hasil elektro-fusi tersebut sangat kuat, lapisan itu menjamin pelumasan yang terus menerus bagi gesekan piston dengan dindingnya. Itulah sebabnya boleh dikatakan dengan sistem elektrofusi ini silinder tidak akan pernah perlu di korter ( oversize ) disamping bahwa sistem ini menjamin pemakaian oli yang cukup, yang tentu juga mengurangi kemungkinan terbakarnya oli secara berlebihan yang menyebabkan knalpot mengeluarkan polusi berupa asap putih. Sehubungan dengan kelebihan-kelebihan pada Super Electrofussion Cylinder ini PT Kawasaki Motor Indonesia memberikan garansi 3 tahun atau 50.000 km tanpa korter

Selasa, 06 November 2012

tune up rong tak



Tune up mesin 2 tak
Ada beberapa teknik tune up mesin 2 tak, yang paling lazim adalah memporting ulang design port.
Memporting ulang itu juga banyak halnya diantaranya adalah:
1 Merubah tinggi port
2 Mengarahkan kembali jendela port
3 Menghaluskan saluran2 port
4 Memperbesar ukuran port
Tentunya point2 tersebut diatas harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar hasilnya maksimal.

Kali ini kita hanya akan membahas mengenai merubah tinggi port

Merubah tinggi port berarti durasi buka & tutup port pun akan berubah. Menentukan angka dari tinggi port ini tentunya harus menggunakan hitungan2 tertentu.
Jika seorang mekanik pernah melakukan perubahan tinggi port pada sebuah silinder blok dan ternyata hasilnya baik ini bisa menjadi acuan untuk mekanik lainnya jika ingin melakukan rubahan pada blok lainnya walaupun memiliki spek yang berbeda.
Caranya adalah mengkonversi ukuran dari mm menjadi derajat putar kruk as.

Contoh :
HRC Thailand menentukan tinggi porting terbaik pada silinder blok NSR SP adalah sbg berikut :
1 Lb Bilas : 42mm
2 Lb Transfer primer & sekunder : 42mm
3 Lb Buang : 26mm
(Catatan :Deck Height NSR adalah 0 mm yang berarti Bibir piston NSR saat berada di TMA adalah sebidang dengan bibir silinder blok atau 0 mm)

Maka jika kita ingin merubah port silinder blok Yamaha RX King harus menggunakan angka berapa di tiap2 portnya jika ingin mengacu pada hitungannya HRC??

Tentunya salah jika kita langsung menggunakan angka2 diatas untuk diaplikasi di blok RX King.
Kita harus mengkonversi dahulu dengan satuan derajat, setelah didapat maka dikonversi kembali ke satuan mm dengan ditambah (Deck Height)

Lalu bagaimana mengkonversi dari mm ke derajat?
Yang pertama kita harus ketahui dulu data2 sebagai berikut :
1 Stroke NSR & stroke RX King
2 Panjang Stang piston NSR & RX King

Jika data2 tersebut sudah diketahui maka kita bisa menggambar diatas kertas sesuai data2 tersebut atau jika ingin lebih akurat bisa dengan menggunakan software Auto Cad.
Misal menentuakn derajat buka lubang buang pada blok yang ingin ditiru (Blok NSR):
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke NSR dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Buat lagi titik (Tandai dengan huruf B)pada garis vertikal tadi seukuran tinggi lb buang (pada contoh diatas adalah 26mm) Berarti jarak dari titik 0 ke titik B adalah 26mm.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher NSR (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur berapa derajat dari posisi 0 derajat kruk as terhadap titik pada point 6 tadi dengan bususr derajat.
8 Angka derajat buka lubang buang telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung derajat buka lubang bilas dan transfer.
Setelah semua didapati sekarang tinggal menghitung berapa mm tinggi lubang2 tersebut pada blok rubahan (Blok RX King).

Langkah2nya adalah :
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke RX King dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Ukur dengan busur derajat angka yang didapati dari point no 8 diatas dan tandai pada lingkaran dan beri tanda B.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher Rx King (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke garis vertikal diatas lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur jarak dari titik 0mm terhadap titik yang baru didapat dari point no 6.
8 Jarak tinggi lubang buang RX King telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung jarak lubang bilas dan transfer.
Setelah semua angka didapat kita harus mengetahui Deck height RX king tersebut, setalah didapat maka ukuran2 jarak port yang sudah didapat masing2 ditambah Deck height nya.

Sementara jika ingin melebarkan lubang buang maximal adalah 70% dari diameter piston
kecuali jika design lubang buangnya memiliki tiang penyangga seperti NSR SP maka bisa dibuat lebih lebar lagi.
Contoh : Diameter piston NSR adalah 59mm maka lebar lb buang maximal adalah 59x 70% = 41.3mm dibulatkan menjadi 42 mm, jika lebih dari 42mm maka khawatir ring piston bagian lb buang akan cenderung menekan berlebihan ke dinding silinder, shg silinder akan mudah aus.

asal culek cdi




Yamaha New Mio, Vega ZR Dan New Jupiter-Z Jangan Asal Colok CDI

 
Posisi kabel di soket mio lama dan baru
Sudah banyak kasus fatal. CDI Mio dan New Mio saling tukar. Akibatnya CDI terbakar dan keluar asap tebal. Sebabnya, walau soket sama namun posisi kabel berbeda.

Kejadian seperti ini pernah dialami Sulaeman, pemilik Yamaha Mio lama 2006 asal Bandung. Dipasangi CDI New Mio (Mio Senyum), kontan begitu kontak di-ON-kan, langsung keluar asap dari CDI. Lari.... takut kebakaran.



Taunya, soket sama tapi posisi kabel berbeda. Itu juga terjadi di Yamaha Vega ZR dan New Jupiter-Z.

Paling gampang, coba perhatikan soket CDI (lihat gambar). Di Mio dan Jupiter-Z lama, terminal nomor 1 diisi kabel oranye yang menuju koil. Kalau di New Mio dan New Jupiter-Z diisi kabel merah yang menuju pulser.

Kalau asal colok, kabel dari koil dan pulser jadi tertukar. “Ini yang menyebabkan CDI terbakar dan mati,” jelas Lusep Sugiharto, mantan mekanik Yamaha yang kini buka bengkel modif di Cirebon.

Lebih fatal lagi yang tertukar kabel setrum. Di Mio lama, kaki terminal nomor 4 diisi kabel setrum 12 volt. Namun di Mio baru, kaki nomor 4 massa bodi. Kalau CDI Mio baru dipasang di Mio lama, ini yang menyababkan keluar asap. Sebab antara setrum positif dan negatif bertemu.

Untuk mengakalinya agar bisa saling tukar, sebenarnya bisa ditempuh dengan cara modifikasi. Posisi kaki-kaki di soket CDI diatur ulang. Silakan dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Misalnya Mio lama mau menggunakan CDI New Mio. Bisa saja asal mau atur ulang kabelnya. Disesuaikan dengan seperti soket New Mio. Ini tinggal mekanik yang menyesuaikan. Biar tidak salah, lihat gambar ya.

 
Koil Ikut Mati
Kejadian saling tukar CDI Mio lama dan baru memang bisa berakibat fatal. Tidak hanya CDI yang akan terbakar. Kemungkinan kabel bodi juga ikut hangus. Lebih parah lagi koil juga jadi lemah.

Seperti dialami di Yamaha Mio milik Sulaeman itu. Mekanik sampai dua hari melacak kenapa mesin tidak mau hidup. Padahal sudah tukar magnet dan sepul dengan motor normal.

Termasuk kabel bodi juga diurut ulang. Dicari sekaligus diteliti semua sambungan yang putus atau hangus. Tapi, tidak juga ditemui adanya kabel rusak atau terlepas. Apalagi sampai getas.

Saking pusingnya, mekanik yang membetulkan sampai ganti sasis dan kabel bodi sampai dua kali. Setelah diingat-ingat, memang benar. Meski gonta-ganti sasis namun koil tetap nempel. Jadinya mesin tetap tidak mau nyala.

Rupanya koil ikut lemah. Padahal ada api busi dan bensin penuh. Tapi, mesin tidak mau hidup. Biangnya koil ikutan lemah imbas dari asal colok CDI.

Koil lemah bikin pengapian kecil. Nyala bunga api jadi ikut kecil. Tidak kuat menahan kompresi yang besar di ruang bakar. Meski dilihat ada api, dipastikan mesin akan tetap tidak mau nyala.

Begitu dilakukan penggantian koil, mesin langsung hidup dan normal. Ini pengalaman berharga dan bisa dibagi kepada semua pembaca setia.

Jika mengalami hal serupa, buruan ganti koil. Sebab walaupun bensin penuh dan ada nyala api dari koil, tetap saja mesin tidak mau hidup. Sebabnya ya itu tadi, nyala api koil kecil.